Rabu, 28 Maret 2018

Tekad Gorontalo Mengembalikan Kejayaan Kelapa Indonesia





Rabu, 28 Maret 2018

Pewarta : ADI ANTARA NEWS



Gorontalo, - Industri kelapa pernah menjadi besar dalam mendorong perekonomian Indonesia sekitar tahun 1920 hingga 1940-an. Pada masa itu Indonesia pernah berjaya menjadi salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia.

Buah kelapa dengan segala kegunaannya menjadi buah yang menghasilkan dibandingkan tanaman lainnya, karena mulai dari akar hingga ujung daun, semua bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi produk jadi.

Hal ini yang mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo, Provinsi Gorontalo, berupaya untuk mengembalikan kelapa Indonesia kembali ke kancah dunia internasional.

Adalah Nelson Pomalingo, Bupati Gorontalo bergelar Profesor yang sejak tahun 2017 berusaha agar kelapa Indonesia bisa "berbicara" banyak di dunia.

Langkah awal yang dilakukan oleh Nelson adalah menggelar Temu Nasional Pemerhati Kelapa, dihadiri 11 bupati dan 95 perwakilan daerah penghasil kelapa di Indonesia dan juga dihadiri oleh Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko di Bongohulawa pada 27 November 2017 lalu .

Menurutnya, agar kelapa Indonesia kembali berjaya, dibutuhkan sinergi dari seluruh daerah penghasil kelapa, petani serta pengusaha kelapa. hal itu pun dilakukan dengan mengidentifikasi masalah kelapa dari hulu hingga hilir.

"Yang paling penting adalah bagaimana kebersamaan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan juga dengan memanfaatkan Dana Desa untuk bekerja sama anggaran agar pelaksaaannya bisa lebih cepat," ungkap Nelson.

Bupati Gorontalo yang juga didaulat menjadi koordinator nasional "Koalisi Pemerintah Kabupaten Pemerhati Kelapa" menuturkan bahwa saat ini semua pihak harus terus bekerja keras untuk kembali merintis kejayaan kelapa yang pernah ada.

Menurut dia, Posisi penghasil kelapa terbesar dunia bukan lagi Indonesia (15 miliar butir kelapa total/tahun) melainkan India sejak tahun 2012 (21 miliar butir/tahun) dan ekspor produk turunan kelapa Indonesia saat ini berada 30 persen di bawah Filipina.

"Tren harga global dan manfaat yang tinggi membuat banyak pengusaha yang beralih ke kelapa walaupun masalah pembibitan masih ditemui karena memerlukan jumlah yang banyak," ujarnya.

Dan bibit kelapa yang hanya membutuhkan waktu yang cukup singkat untuk panen menurutnya adalah kelapa genja. Hanya membutuhkan waktu tiga tahun saja untuk bisa panen kelapa itu.

Terkait pembentukan Koalisi Pemerintah Kabupaten penghasil kelapa yang secara resmi terbentuk pada 27 November 2017 di Gorontalo lalu dalam temu nasional Kabupaten penghasil kelapa, semua pihak pun bertekad mengembalikan kejayaan kelapa.

"Koalisi ini akan menjadi kekuatan baru dalam pembenahan sektor hulu dan hilir kelapa nasional untuk mengejar ketertinggalan kita dari negara lain sebagai penghasil kelapa," tegasnya.

Peta jalan pengembangan kelapa nasional dengan segala upaya demi mengembalikan kejayaan kelapa Indonesia juga dibuat oleh koalisi itu serta mengupayakan agar Indonesia dapat berperan aktif dalam kancah internasional terkait pengembangan kelapa terutama dengan menggeliatkan pasar kelapa global.

"Koalisi kelapa mengupayakan pembentukan otoritas kelapa Indonesia yang sudah dirasa perlu hadir seperti PCA (Philippines Coconut Authority) di Filipina, CDB (Coconut Devolopment Board) di India dan CDA (Coconut Development Authority ) di Srilanka," jelas dia, lagi.

Selain itu Koalisi Kelapa berupaya agar Indonesia menjadi pusat informasi produk turunan kelapa agar dapat bersaing di pasar global.

Untuk mendukung peningkatan produksi kelapa di Kabupaten Gorontalo, Pemkab Gorontalo pun menganggarkan dana Rp1 miliar untuk pengadaan benih kelapa.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo Rachmat Pomalingo menjelaskan bahwa pengembangan perkebunan kelapa merupakan bagian utuh dari pertanian.

"Kelapa merupakan salah satu komoditas strategis karena mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat. Kelapa adalah pohon sumber kehidupan yang manfaatnya begitu besar bagi kita," ujar Rachmat.

Bibit kelapa dalam pun dipilih karena menurutnya sudah teruji dan dibudidayakan secara turun temurun, selain mengembangkan jenis kelapa lainnya.



DUKUNGAN BANYAK PIHAK


Keseriusan Pemkab Gorontalo dalam mengembalikan kejayaan kelapa Indonesia pun mendapat dukungan dari berbagai pihak, salah satunya Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman yang mengapreasiasi keinginan Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo untuk mengembalikan kejayaan kelapa Indonesia.

Menurut Amran, misi tersebut perlu didorong sehingga pihaknya memberikan bantuan bibit kelapa dalam untuk masyarakat dan petani Gorontalo yang merupakan perintah dari Presiden Joko Widodo.

"Kita mendorong produksi komoditas strategis, dan ini adalah perintah Presiden dan Wakil Presiden pada rapat kabinet dan Pemerintah Pusat juga berusaha mendorong komoditas yang dapat diekspor, salah satunya ada kelapa," ungkap dia.

Sementara itu Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko mengatakan bahwa Temu Nasional Daerah Pemerhati Kelapa adalah forum yang strategis.

Menurutnya forum tersebut memikirkan upaya memperbaiki perkelapaan Indonesia dalam konteks "on farming" atau budidaya dan "off farming" atau proses komersialisasi hasil budidaya.

Konteks on farming yang dimaksudkan oleh Moeldoko adalah dalam keluasan tanaman kelapa cenderung semakin menyusut seiring waktu. Sedangkan off farming yaitu bagaimana semua ppihak membangun daya saing global daru hulu hingga hilir.

Ia menambahkan bahwa masih banyak produk hasil turunan kelapa yang harus dikelola secara optimal. Dan jika hasil turunan kelapa produksi Indonesia diperbaiki mutunya, maka produk seperti arang tempurung kelapa, sabut kelapa Indonesia dan produk lainnya dapat menjadi produk unggulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar